“Berkomunikasi” dengan Tuhan

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Matius 22:37)
“Selamat pagi! Selamat berkarya!” sapa ayah sebelum berangkat ke kantor.
“Bu, hari ini aku ada Latihan vocal group, aku ijin pulang telat ya,” Jack menginformasikan rencananya pada ibu.
“Halo, Rina… apa kabar? Maaf ya gw ganggu pagi-pagi. Gw pengen cerita nih tentang si N… Itu tetangga kita yang rumahnya di ujung jalan…,” percakapan melalui telpon antar dua orang teman.
“Rudi, presentasi kamu harus siap dalam 2 jam. Saya perlu lihat dulu sebelum siang nanti saya presentasikan di depan direktur perusahaan Z!” perintah seorang atasan pada karyawannya.
“Sebaiknya aku bagaimana ya? Apakah aku pergi ke pesta R, atau lebih baik aku sampaikan aku sakit supaya tidak hadir?” dilema dalam hati.
Kalau mau dituliskan akan banyak sekali komunikasi yang dilakukan oleh milyaran manusia yang ada dalam dunia ini. Baik itu komunikasi sederhana yang berbentuk sapaan dan salam, atau komunikasi lain seperti bercerita, bergunjing, perintah, dan sebagainya. Maupun komunikasi yang terjadi antara anak dan orang tua, sesama orang tua, dengan teman, antara pimpinan dan bawahan, serta komunikasi yang terjadi dengan lawan atau orang yang tidak disukai. Selain itu, komunikasi juga bisa terjadi dalam diri sendiri karena ada sesuatu yang sedang dipikirkan.
Alat dan cara berkomunikasipun bisa berbagai rupa. Komunikasi langsung dan tidak langsung, verbal dan tidak verbal, komunikasi dengan alat peraga atau gambar, melalui ekspresi atau gerak, dengan bantuan alat digital, dan seterusnya. Namun dari semua cara berkomunikasi itu, tujuan komunikasi yang utama cukup jelas yaitu membangun hubungan atau relasi (bisa relasi negatif bisa positif). Manusia melakukan itu karena sudah menjadi naluri dasar bahwa hidup itu perlu membangun pertalian dengan sekitarnya, bahkan dengan binatang kesayangannya.
Begitupun manusia dengan Tuhan. Komunikasi perlu dibangun denganNya untuk menciptakan satu relasi yang kuat dengan Tuhan. Kalau komunikasi antar manusia (atau binatang) perlu alat dan cara yang berbeda-beda, komunikasi dengan Tuhan tidak memerlukan alat dan cara yang beraneka rupa tetapi dilakukan melalui doa. Pesan Tuhan yang dinubuatkan oleh Nabi Yeremia, “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui.” (Yeremia 33:3).
Sebagai orang tua kita bisa menyampaikan kepada anak bahwa berkomunikasi dengan Tuhan sesederhana melalui doa. Namun ingatkan juga bahwa bagaimana kita berkomunikasi denganNya itu hal yang berbeda dengan komunikasi biasa. Saat membangun hubungan erat dengan Tuhan, kita menyatukan diri kita denganNya. Seperti tertulis pada Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus, “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” (1 Korintus 5:17). Setidaknya ada tiga hal yang perlu dicatat dalam berdoa, yaitu 3D – Desire, Discipline dan Delight.
Desire
Bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, Desire adalah Hasrat atau Keinginan yaitu harapan yang sangat tinggi untuk sesuatu hal bisa terjadi. Demikianlah pada saat kita berkomunikasi dengan Tuhan. Selain kita mengucap syukur dan berterima kasih atas karunia dan kasihNya, kita biasanya menyampaikan keinginan kita kepadaNya. Kita menyerahkan diri kepada kehendakNya, kita pasrahkan keinginan darah dan daging padaNya, kita bersandar pada Tuhan. Amsal 3:4 menyatakan, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.”
Pada saat kita menyampaikan hasrat, keyakinan harus ada dalam diri kita bahwa Tuhan akan menjawab doa kita. Tetapi kita perlu percaya bahwa jawaban Tuhan belum tentu sama dengan permintaan kita, waktu Tuhan sangat berbeda dengan waktu manusia. “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” (1 Yohanes 5:14 ).
Sehingga keyakinan dan kesabaran serta berpasrah diri sangat perlu ada dalam diri kita saat kita berkomunikasi dengan Tuhan, pada saat kita menyampaikan hasrat kita. Biarlah semua terjadi seturut dengan kehendakNya dan sesuai dengan waktuNya.
Discipline
Tidak berbeda jauh dengan Bahasa Indonesia, yaitu Disiplin yang mengartikan ketaatan, kepatuhan, ketertiban dan konsisten dalam menjalankan satu aturan yang sudah ditetapkan. Anak- anak tentunya sudah mengenal istilah peraturan karena itu mereka alami dalam kehidupan mereka. Misalnya, peraturan sekolah untuk hadir tepat waktu, memakai seragam sesuai dengan jadwal yang ada atau aturan dari orang tua untuk makan dengan teratur di meja makan dan merapikan tempat tidur. Siapapun yang membuat peraturan itu menginginkan untuk ditaaati dan dijalankan dengan konsisten atau patuh.
Kedisiplinan umat Kristen dalam berdoa disampaikan oleh Tuhan Yesus dengan sangat jelas pada saat Dia berkhotbah di bukit. Pada Matius 6 yang oleh Lembaga Alkitab Indonesia diberi judul Hal Berdoa menjelaskan kepada kita mengenai cara berdoa yang setidaknya ada dua hal yang bisa disampaikan pada anak. Selanjutnya, pada pasal ini Tuhan Yesus mengajarkan umatnya Doa Bapa Kami, doa yang paling sempurna.
Matius 6:6, Yesus berkata, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Berdoa adalah waktu pribadi berkomunikasi dengan Tuhan, bukan waktu untuk menyombongkan diri di muka umum. Carilah tempat yang tersembunyi, tutuplah pintu dan sampaikan hasrat kepadaNya.
Pada Matius 6:7, Yesus berkata, “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” Berkomunikasi dengan Tuhan tidak perlu panjang lebar karena Dia sudah tahu apa yang ada dan yang terjadi dalam hidup kita. Anak perlu paham bahwa berkomunikasi melalui doa bagi Tuhan adalah saat dimana kita membangun relasi. Jadi, jangan kita datang padaNya di saat kita butuh, tetapi kita harus disiplin dan melakukanl itu dengan teratur.
Melalui Doa Bapa Kami (ayat 9-13), Tuhan menyampaikan aturan dalam berdoa. Hasrat dalam doa, seturut dengan pengajaran Tuhan Yesus, mengajarkan kita bersyukur dan berserah, meminta ampun dan mengampuni, serta memohon agar Tuhan selalu menjaga dan melindungi kita dari segala kuasa jahat. Pada saat Yesus di Taman Getsemani dan murid-murid yang menjaganya tertidur, Dia berkata pada mereka, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”” (Matius 26:41).
Delight
Terakhir, tetapi bukan yang paling akhir dalam berdoa, yaitu Delight atau Sukacita. Dalam kehidupan sehari-hari, sukacita bisa diumpamakan saat kita mendapatkan makanan yang sudah lama kita inginkan atau diberikan hadiah kejutan yang sudah ditunggu-tunggu atau berita bahwa kita akan pergi ke satu tempat yang diidamkan. Satu kegembiraan yang luar biasa, kepuasaan dan kebahagiaan yang sangat berarti, itulah sukacita.
Demikianlah kita dalam berdoa. Pada anak perlu dipastikan bahwa berdoa atau berkomunikasi pada Tuhan itu bukan satu kewajiban. Namun berdoa adalah satu sukacita dimana kita membangun relasi denganNya, menyerahkan segala hidup kita, curhat atau mencurahkan isi hati. Berdoa adalah waktu yang ditunggu-tunggu bukan waktu yang harus ditunda. Anak-anak datang dan berkomunikasi melalui doa dengan sukacita.
Memang kadang hal itu menjadi sulit bila saat itu suasana tidak mendukung atau di saat kita sedang susah, ada masalah, ataupun ada halangan negatif di dalam diri. Tetapi karena berdoa untuk membangun relasi, curhat, minta tolong, minta dukungan, penjagaan dari Dia yang adalah Maha Segalanya, maka sukacita tetap harus ada. Saat berdoa itu kita berserah diri kepadaNya karena kita yakin dan percaya pertolong selalu ada.
Sebagai penutup, setidaknya ada tiga ayat yang cukup kuat untuk membantu dan memberikan penekanan kuat pada anak tentang berdoa. Pertama yang disampaikan oleh Yesus ada percakapan dengan murid-muridnya, “… dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak.” (Yohanes 14:13). Itulah janjiNya.
Saat hati sedang berat dan tidak tahu atau tidak mampu lagi untuk berdoa, Paulus menyatakan pada suratnya ke Jemaat di Roma, “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26). Ada Roh Kudus, Si Penolong.
Yakobus menulis pada suratnya di ayat 1 pasal 6, “Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.” Iman yang kuat.
BSD, Agustus 2021 Regina Nikijuluw
Referensi:
https://www.alkitab.or.id/
Home
https://kbbi.web.id/