“Berpacaran” dengan Tuhan
“Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” (Matius 22:37)
Membangun hubungan yang erat dengan Tuhan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya adalah keharusan bagi semua umat Kristen. Tidak hanya sekarang, tetapi hal itu sudah ditetapkan Tuhan dari sejak awal manusia dibentuknya dan berlaku seterusnya sampai Yesus kembali untuk kedua kalinya. “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;” (Mazmur 37:5). Demikianlah kita melakukan itu karena kita tahu bahwa Tuhan selalu menjaga kita, melindungi, membimbing dan menuntun. Tidak pernah sesaat-pun Dia berhenti dan melupakan kita.
Namun hal itu kadang bukan hal yang mudah untuk disampaikan kepada anak-anak. Banyak gangguan yang terjadi di era modern. Gawai dengan segala aplikasinya membuat anak enggan melakukan hal yang bersifat agama. Atau kehebatan para peneliti yang memungkinkan hal tidak mungkin menjadi mungkin, misalnya kloning yang menyalahi kodrat penciptaan. Belum lagi tekhnologi dan ilmu yang sudah sangat maju yang mempertanyakan, menemukan dan menghasilkan hal-hal yang kadang berseberangan dengan apa yang kita percaya sebagai umat Kristen.
Tentunya hal ini juga mempengaruhi anak-anak kita. Bahayanya semua itu bisa membuat mereka jadi jauh dengan Tuhan. Mereka bisa jadi tidak melakukan kewajiban mereka sebagai umat Kristen dan asyik dengan sesuatu baru yang berseberangan itu. Sebagai orang tua, kita tahu bahwa hal itu tidak boleh terjadi. Hubungan erat dan berserah pada Tuhan harus tetap ada, tetap terjadi.
“Berpacaran” dengan Tuhan bisa menjadi salah satu pendekatan untuk mengingatkan dan menasehati anak agar tetap menjaga hubungan itu. Mungkin kata “pacaran” agak riskan untuk disampaikan. Tetapi penekanan dalam penyampaian bukan di kata itu. Setidaknya tiga kewajiban umat Kristen bisa dikaitkan dengan kata “pacaran” supaya anak ingat bagaimana membangun hubungan dan berserah, serta mengapa itu perlu dilakukan.
Berdoa untuk Komunikasi
Orang berpacaran pasti akan sering berkomunikasi. Kalau dulu komunikasi dilakukan dengan bertemu langsung pada saat tertentu, sekarang saat era digital sangat mudah dilakukan. Aplikasi online (seperti WhatApps, Line, Telegram), sosial media merupakan sedikit dari sekian banyak cara berkomunikasi. Komunikasi dilakukan karena kerinduan dan bisa juga karena ada sesuatu yang mengganggu serta butuh bantuan untuk diselesaikan. Tetapi tujuan utama dari komunikasi ini adalah untuk membangun hubungan lebih erat.
Anak sudah mengetahui bahwa bila kita berdoa, pada saat itu kita sedang berkomunikasi dengan Tuhan. Kita sedang membangun hubungan yang erat dengan Tuhan. Pada saat itu kita menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran kita – saat untuk curhat (mencurahkan isi hati). Melakukan itu secara berulang-ulang dan sering adalah sangat baik. Doa bisa dalam bentuk ucapan syukur, seruan minta tolong dan lain sebagainya. Tuhan Yesus berkata pada murid-muridnya di Lukas 9:11, “Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”
Saat pacaran, kalau melalukan komunikasi seringnya tidak mau terlihat oleh orang lain. Masuk kamar merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan. Kalaupun komunikasi itu didengar oleh orang lain, kemungkinan besar orang itu sangat dipercaya. Komunikasi menyendiri terjadi juga karena ada rahasia yang ingin disampaikan dan tidak ingin diketahui oleh yang lain. Selain itu juga karena komunikasi menyendiri akan meningkatkan kenyamanan dan kebebasan dalam menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran tanpa takut dan ragu.
Demikian juga dengan membangun komunikasi kepada Tuhan melalui doa. Pada khotbah di bukit, Tuhan Yesus menyampaikan, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:6). Masuk kamar di sini bisa juga mengartikan untuk pergi menyendiri, cari tempat yang sepi dan bukan untuk menampilkan diri di depan orang banyak. Waktu yang intim di kamar untuk menyampaikan isi hati dan rahasia dengan bebas dan terbuka. Saat untuk menyampai semua rahasia dengan nyaman.
Alkitab adalah Surat Cinta
Saat berpacaran, menerima surat sangat menggugah hati. Rasanya senang dan berdebar-debar. Apalagi kalau sudah lama tidak berkomunikasi, mungkin karena tinggal berjauhan, atau karena salah satu berada di area yang signal kurang baik. Tibanya surat akan sangat menyenangkan dan pasti ditunggu- tunggu. Tetapi walaupun komunikasi sering dilakukan, menerima surat tetap menjadi hal yang sangat disukai. Karena di dalamnya banyak hal yang diungkapkan, ada nasihat yang menguatkan, ada pesan yang membantu dan berbagai macam hal yang kadang tidak ada saat komunikasi secara langsung.
Sehingga bisa disampaikan ke anak, Alkitab ada surat cinta Tuhan yang sangat indah dan luar biasa karena surat ini berisi firman dan titah yang disampaikan oleh Tuhan. Jangan memaksa anak untuk menghafal seluruh isi Alkitab karena hal itu tidak mungkin. Tetapi ajaklah anak untuk membaca “surat cinta” dari Tuhan. Karena di dalamnya ada berisi semua hal yang baik tentang hidup, ajaran untuk melangkah, pesan untuk bertindak, dan semua hal untuk kehidupan manusia.
Pada 2 Timotius 3:13 disampaikan bahwa, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Jelas tertulis bahwa kita bisa mendapatkan segalanya pada Alkitab. Sehingga mengajak anak untuk bersama membaca Alkitab setiap hari menjadi sangat penting. Ajakan dalam bentuk, “Mari kita baca Surat Cinta dari Tuhan,” bisa menjadi satu hal yang menarik bagi anak.
Membaca Alkitab secara teratur dan terus menerus ini akan meningkatkan kepercayaan anak akan isi yang ada di dalamnya. Hal ini akan sangat membantu anak dalam perkembangan dan pertumbuhan imannya.
Ibadah karena Rindu
Bertemu pacar secara langsung tentunya waktu yang ditunggu-tunggu. Jaman dulu, bertemu pacar dilakukan pada hari Sabtu atau satu kali dalam seminggu karena hari lain dipakai untuk sekolah atau bekerja. Sehingga ada istilah “malam minggu” (hari Sabtu malam) sebagai waktu kunjung pacar. Kedua pihak seringnya sangat menantikan hari itu untuk bertemu secara langsung, melakukan komunikasi secara langsung dan menjalankan kegiatan bersama yang menyenangkan, seperti misalnya menonton di bioskop atau hanya sekedar duduk-duduk di warung kopi atau di taman.
Sama halnya dengan pergi beribadah. Pada anak jangan ditekankan bahwa beribadah itu satu kewajiban tetapi jadikanlah itu waktu berkunjung karena ada kerinduan untuk datang ke rumah Tuhan. Waktu satu minggu sekali itu harus menjadi kerinduan untuk bertemu “Sang Pacar”, Tuhan yang Maha Segalanya. Keluaran 20:8 yang merupakan salah satu dari Sepuluh Perintah Allah menetapkan, “Ingatlah dan Kuduskanlah hari Sabat.” Kita menyampaikan kepada anak bahwa Allah-pun berhenti pada hari ke tujuh untuk beristirahat setelah enam hari lamanya Dia melakukan penciptaan.
Bisa dijelaskan juga bahwa selama satu minggu penuh, yang kalau dihitung jam jumlahnya 7 hari kali 24 jam sama dengan 148 jam, Tuhan tidak pernah diam, tidak pernah meninggalkan kita, tidak pernah tidur. Tuhan selalu berjaga, mengawasi dan melindungi kita semua. Untuk itu, waktu sekitar 1,5 – 2 jam harus disediakan bagi Tuhan yaitu pada hari Minggu, hari untuk beribadah, saat menguduskan hariNya.
Penting juga bagi orang tua untuk menempatkan ibadah itu pada tempatnya. Misalnya kita jangan memaksakan anak kecil untuk ikut ibadah orang dewasa karena anak biasanya tidak akan menikmati. Kalau mereka tidak menikmati, mereka akan asyik dengan dunianya sendiri sehingga mereka pulang tanpa membawa apapun. Padahal jelas itu merupakan waktu intim mereka dengan Tuhan. Perlu kita memberikan ruang kepada anak untuk beribadah sesuai dengan kelompok umur mereka supaya mereka benar menghayati pertemuan mereka denganNya. Sebagai contoh, anak kelas 6 SD ke bawah, mereka akan ikut Sekolah Minggu bersama kawan-kawan seumurannya.
Orang tua juga perlu menyadari bahwa Sekolah Minggu atau ibadah lain selain ibadah orang dewasa bukan tempat penitipan anak. Berilah ruang kepada anak untuk bertemu dengan Sang Pacar. Jangan diberi batas dan ruang, beri kebebasan dan keleluasaan supaya ibadah mereka tidak terganggu. Orang tua jangan memutuskan ibadah bila itu belum selesai tetapi biaralah mereka mengikuti dan menikmati waktu keintiman mereka dengan Sang Pacar.
Sekali lagi, kata pacaran, sang pacar, intim, cinta dan lainnya, mungkin tabu untuk disampaikan kepada anak. Tetapi penekanan di sini bukan dari sisi itu. Pemusatan di sini adalah bagaimana anak bisa menjadi dekat dengan Tuhan. Pendalaman bahwa berdoa, membaca Alkitab dan beribadah bukan merupakan satu kewajiban tetapi itu merupakan satu hal yang dinantikan dan sangat diharapkan. Kedekatan dengan Tuhan harus menjadi satu keinginan besar, bukan perintah.
BSD, Agustus 2021 Regina Nikijuluw
Referensi: https://www.alkitab.or.id/ https://kbbi.web.id/