Pahlawan yang Memberi Kemenangan
“Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, .” (Zefanya 3:17)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan diartikan “orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani“. Mereka memiliki kesamaan sifat, seperti gagah, berani, perkasa, kuat, rela berkorban dan rata-rata mereka memolong yang kesulitan serta membebaskan manusia dari permasalahan. Mereka adalah orang-orang yang membawa masa depan yang lebih baik, masa depan yang cerah. Tidak jarang mereka menjadi idola anak.
Ketika mendengar atau membaca kata pahlawan, sering yang pertama terpikir pada diri kita mereka adalah orang-orang yang membela negara dan membebaskan kita dari penjajah. Di Indonesia, misalnya, ada Tjut Nyak Dien dari Aceh, Sudirman di Jawa, Hasanuddin dari Sulawesi Selatan atau Pattimura di Maluku. Atau kadang terbayang juga pahlawan lain, seperti orang tua, pendeta dan guru, yang sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Pada dunia anak, pahlawan juga memiliki arti tersendiri. Pemikiran dan pandangan mereka akan pahlawan tergantung dari apa yang mereka rasa, mereka lihat, mereka dengar maupun mereka baca dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka akan menjadikan pahlawan mereka sebagai idola bahkan tidak sering mengikuti apa yang dilakukan oleh pahlawan mereka. Tingkah laku, gaya bicara, cara berpakaian kadang mereka lakukan dengan cara meniru pahlawan idola mereka.
Muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, apakah itu salah? Perlukan kita menghapus itu dari dunia mereka? Atau kita kembangkan agak anak-anak mengikuti pahlawan mereka? Lalu, pahlawan seperti apa yang seharusnya mereka idolakan?
Pahlawan Fiktif
Bagi banyak anak perempuan pahlawan itu kadang dibayangkan seperti pangeran tampan yang menyelamatkan dari jurang kesulitan dan membawa pada kebahagian yang abadi. Film Cinderella misalnya, seorang anak orang kaya yang menderita karena ibu tiri dan dua kakak tirinya, tetapi akhirnya menikah dengan seorang pangeran dan berbahagia. Atau Snow White, yang lari dari istana karena kejahatan dan iri hati dari ibu tirinya serta tinggal dengan tujuh orang kerdil. Sampai pada akhirnya juga diselamatkan oleh pangeran yang ditunggunya dan berbahagia. Banyak lagi cerita-cerita yang membawa dunia anak pada pangeran yang menyelematkan dan membawa bahagia.
Atau pada dunia anak lelaki, pahlawan idola dalam bentuk jagoan-jagoan yang menyelamatkan dunia, menciptakan perdamaian dan tentunya membawa kebahagiaan bagi manusia. Perkembangan pahlawan model ini sangat cepat dan berubah terus menerus. Film pahlawan yang cukup abadi, dalam arti sudah ada dari dulu dan terus ada sampai sekarang, misalnya pahlawan DC Universe, diantaranya batman, wonder woman, superman, aquaman dan flash, serta pahlawan Avenger, seperti antara lain iron man, Thor, ant-man, black widow dan captain America.
Pahlawan-pahlawan itu menjadi idola dan menciptakan dunia khalayan tersendiri bagi anak- anak. Tidak jarang mereka mengikuti sepak terjang mereka, misalnya dengan membeli baju bergambar pahlawan mereka, membeli mainan berbentuk pahlawan mereka, ataupun mengoleksi buku dan video dari pahlawan-pahlawan itu. Anak-anak meniru gaya pahlawannya.
Namun satu poin penting yang harus disampaikan kepada anak-anak bahwa pahlawan itu fiktif. Mereka hanya ada di film dan tidak ada di dunia nyata. Pada saatnya nanti, mungkin pahlawan- pahlawan ini akan hilang dan berganti dengan pahlwan fiktif lain. Orang tua perlu mengingatkan anak untuk mengambil segi positif dari pahlawan mereka, tetapi bukan untuk mengidolakan sehingga lupa akan tugas mereka sebagai anak Kristen.
Pahlawan Non-Fiktif
Kalau ada yang fiktif, tentunya ada pahlawan non-fiktif. Mereka pahlawan-pahlawan yang nyata, ada dan hadir. Kisah mereka terjadi, bisa di baca, ditonton, dirasakan dan didengar secara nyata – atau bukan sesuatu yang fiksi. Tingkah laku mereka bisa ada dan anak-anak mengalaminya secara nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada bagian awal sudah disampaikan bahwa mereka antara lain pahlawan bangsa, orang tua, pendeta dan guru.
Tidak sedikit anak yang mengidolakan pahlawan pembela bangsa. Kadang itu terjadi karena pahlawan itu berasal dari daerah mereka, atau pahlawan itu melakukan sesuatu yang membuat mereka bangga dan menciptakan satu hal yang luar biasa bagi anak – masa depan yang cerah. Biasanya anak akan banyak membaca mengenai pahlawan mereka ini, dan juga menirukan mereka.
Lalu ada juga pahlawan yang dikenal dengan sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa“. Mereka adalah orang-orang yang sangat berjasa bagi anak, membantu mereka di saat sulit, mendukung mereka saat perlu bantuan, menjelaskan hal yang tidak mereka ketahui dan banyak hal lainnya. Ibu, ayah, pendeta dan guru adalah sedikit dari sekian banyak pahlawan tanpa tanda jasa. Pahlawan tanpa tanda jasa biasanya orang-orang yang ada di sekitar kehidupan anak dan hadir di depan mereka untuk membawa anak pada masa depan yang baik.
Satu hal yang terjadi. Pahlawan-pahlawan ini tidak abadi. Ada saat dimana mereka harus meninggalkan anak, entah itu meninggal, dipindahtugaskan, berhenti dari pekerjaannya, atau malah anak yang memang harus meninggalkan pahlawannya itu. Misalnya bila ia naik kelas, makai a akan meninggalkan guru idolanya karena berganti guru, atau bila anak harus pindah ke kota lain dan berpisah dengan gurunya atau pendeta kesayangannya.
Kunci permasalahan di sini adalah mereka tidak abadi. Mereka datang dan pergi, berganti-ganti walaupun nyata dan hadir. Tidak sedikit anak langsung kehilangan pegangan saat ia harus berpisah dengan idolanya karena ia tidak lagi ada pautan dan panutan. Sebagai orang tua, kita harus awas dengan hal ini dan selalu menguatkan anak bila perpisahan itu terjadi. Karena tidak jarang, perpisahan itu membawa satu kesedihan yang mendalam dan berakibat pada pertumbuhan serta perkembangan anak.
Pahlawan Modern
Nah, pahlawan yang satu ini cukup mendunia dan banyak mengubah pola berpikir anak-anak di era millennium ini. Pahlawan ini memberi banyak kemudahan di kehidupan anak. Mereka adalah tekhnologi dan dunia internet. Mereka tidak fiktif tetapi nyata, mereka tidak akan hilang dan dunia maya selalu ada, apapun bentuknya. Keberadaan pahlawan yang baru ini menciptakan satu perpektif baru bagi anak, idola dengan cara yang berbeda, dan terkadang pemujaan yang bisa jadi menyesatkan.
Penulis pernah melakukan penjajakan kecil bagi sekitar lima puluhan anak kelas 1-6 Sekolah Dasar. Pertanyaan sederhana dilemparkan yaitu apa cita-citamu di saat dewasa nanti. Pilihan yang diberikan adalah dokter, pendeta, guru, Tentara dan Youtuber. Jawaban yang diterima, walaupun sudah diperkirakan, tetapi cukup mengagetkan karena 80% anak memilih jadi youtuber, dan hanya 1 yang memilih jadi pendeta. Namun tidak ada yang salah dalam penentuan yang diberikan oleh anak- anak terhadap apa yang dia inginkan saat dia dewasa.
Peran kita sebagai orang tua untuk mengingatkan dan menasehati anak dalam mereka menentukan pilihan atau idola mereka. Menjadi youtuber misalnya, bukan pilihan yang salah. Tetapi perlu ditanya lebih mendalam mengapa mereka ingin menentukan itu untuk masa depan mereka. Apakah karena kemudahan untuk mendapatkan uang dengan cepat, mudah dan tidak perlu belajar macam-macam, lebih menarik dan tidak memiliki tantangan yang berat. Atau karena mereka memiliki rencana berbeda, seperti menyampaikan Firman Tuhan dengan membuat cerita-cerita Alkitab yang lebih menarik dan menyampai pesan Firman dengan mudah.
Jangan sampai uang menjadi pilihan atau idola karena uang akan habis, uang tidak abadi. Kadang kesulitan itu perlu dialami oleh anak supaya anak bertumbuh menjadi anak yang siap dengan rintangan yang harus mereka alami saat dewasa. Tantangan juga perlu dihadapi, karena masa depan mereka belum tentu mudah. Mengalami segala sesuatu dengan mudah, mendapatkan uang hanya dengan memainkan permainan di dunia maya tidaklah salah. Tetapi itu semua harus diimbangi dengan tindakan-tindakan memuliakan Tuhan. Jangan menjadi tinggi hari karena apapun yang didapatkan di dunia ini, itu adalah karena Kemurahan Tuhan.
Bantulah anak-anak untuk tetap melakukan kewajiban mereka sebagai Anak Tuhan. Munculkanlan Kuasa Tuhan bila mereka mengidolakan tekhnologi atau dunia internet karena tidak sedikit kuasa jahat ditemui dalam pahlawan modern ini. Anak kita jangan sampai terbuai dan terbawa dengan kuasa jahat itu. Tetapi biarlah mereka dibalut oleh Kuasa yang Abadi, Kuasa Kasih Tuhan.
Pahlawan Abadi yang Memberi Kemenangan
Banyaknya model pahlawan dalam dunia anak yang menjadi idola, bukan berarti kita harus takut, ragu atau bingung. Kita mempunyai Tuhan yang abadi, nyata dan selalu hadir, serta merupakan panutan dan pautan karena teladannya selalu yang terbaik. Dia yang mengalahkan semua pahlawan yang ada, Dia yang selalu menang, Dia yang janjinya tidak pernah dusta, Dia yang terbaik. Dia-lah yang seharusnya menjadi idola dari setiap anak.
Yosua 1:9 menyatakan, “Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” Jelas disampaikan bahwa Dia adalah abadi. Walaupun memang kita tidak bisa melihat dia, tetapi kita bisa merasakan kehadiranNya. Berdoa dan membaca Alkitab merupakan sedikit dari sekian cara untuk mengetahui dan merasakan bahwa Dia ada di sekitar kita.
Tuhan adalah Pahlawan Perang bagi kita, seperti tertulis dalam Keluaran 14:14, “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Ini adalah JanjiNya. Dia tidak pernah tidur dan selalu siap sedia berjalan bersama bahwa mendukung kita. Dia menyatakan kita untuk diam di saat kita susah karena Dia yang akan berperang untuk kita. Dia tidak akan meninggalkan kita dan akan selalu setia bersama dengan kita.
Efesus 6 yang diberi judul oleh Lembaga Alkitab Indonesia “Perlengkapan Rohani” adalah senjata kita untuk melawan pahlawan modern yang kadang membuat kita merinding dan bergidik. Allah telah memperlengkapi kita dengan senjataNya yang diberikan secara cuma-cuma. “Kebenaran” dan “keadilan”, “Injil damai sejahtera” merupakan “perisai iman” untuk “memadamkan semua panah api dari si jahat” (ayat 15 – 16). Selanjutnya pada ayat ke 17, kita diberikan “ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah” sehingga kita bisa berjaga-jaga dan selalu waspada. Semua senjata yang harus disampaikan kepada anak untuk menghadapi kuasa negatif yang mungkin bisa mereka dapatkan dari pahlawan modern.
Ingat dan percayalan bahwa Dia adalah Pahlawan yang Memberikan Kemenangan. Dia selalu memegang kita, menjaga kita, mengawasi kita, mendukung kita dan membantu di setiap saat. Dialah panutan dan pautan yang selalu benar. Seperti disampaikan oleh Yesaya pada pasal 41 ayat 10, “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”
Sehingga kalau timbul pertanyaan, lalu, pahlawan seperti apa yang seharusnya mereka idolakan? Tuhanlah pahlawan kita, Dialah yang menjadi idola dari setiap anak, dan tentunya kita.
BSD, Agustus 2021 Regina Nikijuluw
Referensi: https://www.alkitab.or.id/ https://kbbi.web.id/ https://www.dccomics.com/